Bandung (Jangan) Jadi Lautan Sampah Lagi !!

Bandung, Prabunews.com Penumpukan sampah kembali terjadi di setiap TPS Kota Bandung.
Hal ini diakibatkan oleh sistem mobilisasi sampah dari TPS ke TPA yang tidak berjalan dengan baik yang selama ini banyak diinformasikan bahwa sistem pengangkutan sampah dari TPS ke TPA mengalami gangguan diakibatkan dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan infrastruktur TPA Sarimukti sampai masalah antrian dum truk sampah yang cukup panjang sehingga membutuhkan waktu yang tidak sedikit.

Dan hal ini tentunya mengakibatkan tumpukan sampah yang berada di setiap TPS terutama TPS yang berlokasi di pinggir jalan raya cukup mengganggu pemandangan selain mengakibatkan aroma yang kurang sedap.

Rahmat Suprihat pegiat lingkungan dari Peduli Kingkungan Jawa Barat (Pelija) menanggapi Kejadian ini, menurutnya pengelolaan sampah idealnya harus menjadi tanggung jawab masing-masing warga masyarakat walaupun secara nyata masyarakat sudah dibebani biaya untuk pengangkutan sampah dari TPS ke TPA.

Penumpukan sampah ini menjadi sebuah bukti bahwa berbagai macam metodologi pengelolaan sampah yang disodorkan oleh Pemerintah Kota Bandung dianggap tidak cukup berhasil.
Seperti yang kita ketahui pemerintah membangun terobosan-terobosan untuk menjadi solusi atas permasalahan sampah yang ada di masyarakat.
Berbagai pendekatan pengelolaan sampah ditawarkan bahkan disosialisasikan diantaranya metodologi bata terawang, komposter, loseda, biopori, magot, ekobrik dan biogas.

Permasalahan sampah bukan hanya bicara tentang metodologi teknologi sederhana ataupun teknologi yang canggih tetapi lebih kepada pendekatan membangun budaya dari warga masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah secara bijak melalui membumikan gerakan 3R.
Budaya pengolahan sampah ini memang tidak secara instan, perlu waktu yang tidak sebentar namun ada yang jauh lebih penting yaitu tentang bagaimana cara membangun kesadaran dari warga masyarakat agar mulai . menyadari tentang cara mengelola sampah ini minimal dengan memilah sampah sesuai dengan jenis sampahnya sebelum dibuang ke TPS.

Minimal masyarakat mulai melakukan pemilahan sampah sampah basah dan sampah kering saja sudah cukup menjadi solusi.
Selain itu satu hal yang paling utama adalah diperlukan dukungan dari para pengurus wilayah terutama para ketua RT/RW yang merupakan struktur kepanjangan tangan pemerintah paling dekat dengan masyarakat untuk memiliki terobosan terobosan yang baik tentang bagaimana membangun kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah secara bijak.

Para ketua RT/RW harus membangun komitmen dengan semua para warganya tentang bagaimana setiap warga masyarakat harus mau memilah sampah sesuai dengan keutamaan yang terbaik dalam pengelolaan sampah itu sendiri.
Harus dibangun sebuah penguatan komitmen melalui rembug warga tentang pemilahan sampah basah dan kering, jadwal angkut bahkan sampai penetapan sanksi yang disepakati secara bersama.

Dengan adanya komitmen yang dibangun dan disadari oleh masyarakat maka pembangunan budaya sampah akan lebih mudah, tegas Rahmat.

Rahmat S – Aktivis Pelija

Terakhir yang sangat penting adanya kemauan monitoring dan evaluasi dari program yang digulirkan juga harus tentang keberhasilan sebuah program yang digulirkan selain dibangun upaya sinergitas dengan berbagai unsur komponen masyarakat baik, ulama, kepemudaan, PKK, relawan dan petugas sampah itu sendiri, pungkas Rahmat.(Kang Amat)