Program Director Tong Tong Fair, Arnaud Kokosky Deforchaux Hadir dan Dukung Bandung West Java Arts Festival 2022

Prabunews.com – Berbeda dengan sebelumnya, Bandung Arts Festival ke-8 hadir kembali dengan penambahan nama yakni West Java.

Pada hari Sumpa Pemuda, tepatnya pada pada 28 Oktober 2022, 1000 penari menampilkan tarian Ronggeng Gunung di depan Gedung Sate dalam rangka pembukaan Bandung West Java Arts Festival ini.

Turut hadir Program Director dari Tong Tong Fair, Arnaud Kokosky Deforchaux. Melalui keterangan tertulis yang diterima Prabunews, Ia menyampaikan dukungannya untuk Bandung West Java Arts Festival ini.

“Saya merasa beruntung dan terhormat telah diundang dari Belanda untuk hadir dalam kesempatan ini,” bukanya.

“Selain menyaksikan perayaan resmi ini dari dekat, saya mengapresiasi komunalitas Ronggeng Gunung yang ditarikan oleh 1000 penari. Di sekeliling saya, saya melihat anak-anak yang berbahagia, wanita dan pria dengan pakaian yang terbaik

Vokal Bi Rasbi (Maestro Ronggeng Gunung) menyatu dengan indah bersama lantunan gamelan. Siang dan sore saya duduk penuh kekaguman di aula Taman Budaya,” ujarnya.

“Pujian untuk Deden Bulenk dan jajarannya, serta kurator Agung Gunawan, keduanya dikenal sebagai seniman hebat, yang tampil di Tong Tong Fair di Den Haag, Belanda, bulan September lalu.” ucapnya.

Ia juga turut menceritakan apa yang dirasakan selama menikmati acara Bandung West Java Arts Festival di Taman Budaya ini:

“Rangkaian festival ini berjalan lancar tanpa henti, dari kelompok penari Jaipongan hingga tarian tunggal, di mana kepiawaian dan musikalitasnya sangat menyentuh saya

Untuk penampilan tari modern, koreografi Sayuti ‘Table’ (meja) sukses membuat saya emosional. Bagaimana waktu terasa begitu lambat saat kita kesepian, itu yang saya interpretasikan dari penampilan Iing Sayuti.

Yang menarik lagi adalah penari Wan Harun Ismail yang muncul dengan gong dan menjelma menjadi penari cantik nan anggun.

Menurut saya, fenomena keragaman gender di berbagai wilayah Indonesia seharusnya lebih dikenal luas di Belanda dan Eropa pada umumnya. Saya mengingat film Garin Nugroho, Kecumbu Tubuh Indahku, yang saya senang sekali menontonnya.

Penari Jerman, Martina Feiertag menari dengan sangat ekspresif dan mengatakan kepada saya bahwa dia menggubah koreografi ini sejak lama, sebelum dia bertemu dengan orang Jawa. Tak heran jika pengalaman Martina dalam menarikan tarian tersebut menjadi sangat berbeda  dari saat awal koreografi digubah.

Favorit saya adalah Koko Dave, seorang penari yang mengagumkan, ia mengenakan kostum yang merepresentasikan Indonesia dengan sedikit sentuhan Barat. Tariannya mengingatkan saya pada Pangeran Diponegoro. Sebagai seorang Belanda yang berdarah Indonesia, saya melihat sosok kepahlawanan dalam bentuk tarian.”